Jumat, 03 Desember 2010


Belum Tentu Beragama

Agama merupakan pegangan hidup seseorang berdasarkan keyakinan yang dianutnya, tapi belum berarti orang yang menganut sebuah agama telah menjadi orang beragama.
Jarang kita temukan manusia beragama hidup sejiwa dengan ajaran agamanya.


Agama telah menjadi bagian kehidupan manusia sejak dilahirkan. Karena begitu gampang memperoleh predikat beragama, banyak orang lupa mempertanggungjawabkan untuk apa sesungguhnya orang menganut sebuah agama.
Ada kebanggaan tersendiri bila seseorang dengan sadar telah menjadi bagian dari pemeluk agama, karena di saat dia menjalankan perbuatan buruk pun ia masih punya hak untuk disebut sebagai orang beragama.

Belum ada hukum agama yang tidak memperbolehkan seorang penjahat berhenti memeluk agama karena tidak sesuai dengan ajaran kitab sucinya, sehingga sebuah agama pun tega dicoreng manusia atas nama keegoannya.

Agama dan kitab suci sesungguhnya hanya digunakan sebagai alat kontrol agar tiap orang beragama mampu mengendalikan tiap perbuatan atas dasar agama yang diyakininya. Janganlah agama digunakan untuk mencari kepentingan sesaat. Dan jangan dengan bertopeng agama, manusia dengan gampang membuat peraturan yang mengatasnamakan sebuah lembaga agama, lalu menghasilkan sesuatu yang menjerumuskan umat.

Begitu banyak manusia memanfaatkan agama sebagai wadah sebuah organisasi keumatan. Namun, sejauh mana oraganisasi itu mencerminkan lahir dan dijiwai dari kebenaran kitab suci? ternyata banyak yang tidak peduli. Sejauh mana sebuah lembaga agama mampu membuat keputusan yang mewakili aspirasi umatnya? banyak yang tidak tahu.

Di sisi lain, ada lembaga agama yang membuat peraturan tapi tidak mampu menyentuh keluhan umat yang sesungguhnya. Lembaga agama sesungguhnya ibu dari semua umat yang berperan menaungi segala keluh kesah dari berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan pemeluknya. Seharusnya, dalam bentuk apapun sebuah kelembagaan, bila telah mengatasnamakan agama, mampu mengurus masalah umat dan menempatkan kepentingan umat daripada kepentingan lembaga.

Pada intinya, siapapun yang menjadi manusia beragama, seharusnya rela menjadi tumbal untuk sebuah kebenaran.


sipa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar